Minggu, 10 Maret 2013

Silaturrahim ke Tuntang



 Oleh: Amar E'12

Sedikit berkeringat, setelah senam di Rowosari, dengan cepat menuju kamar mandi tuk memebersihkan badan, karena telah ditunggu angkot pak Didik untuk agenda selanjutnya, yaitu kunjungan ke rumah etoser 2012. Kunjungan kali ini di rumah royan dan mas fatkhur.
Dengan membaca Bismillah, aku, dan teman-teman beserta pendamping etoser 2012, mbak aini juga senior kami yang ngebet ikut yang merupakan etoser 2009, mas cahyo berangkat sekitar jam 9 pagi. Dalam keberangkatan royan tidak ikut, karena menunggu di rumahnya, tempat pertama yang kami tuju adalah rumah royan, di daerah Tuntang, Salatiga.
Panasnya Semarang, menjadi teman kami dalam perjalanan, ditambah lagi kemacetan yang cukup mengesalkan di daerah Ungaran, dalam perjalanan tersebut, mbak ain dan nela sedikit  mual, karena mungkin tidak tahan baumesin. Kami belum tahu persis letak rumah royan, sehingga sesampainya di jalan raya daerah Tuntang, kami dijemput royan. Royan yang mennggunakan motor menuntun kami menuju rumahnya, sepanjang jalan menuju rumah royan sangatlah indah, dan kami pun kaget bahwa untuk sampai ke rumah royan melewati seperti hutan, yang kami kra sudah tidak ada perkampungan lagi.
Penat dan capek serasa luntur, ketika turun dari angkot menyaksikan pepohonan di sekitar rumah royan, ditambah lagi sambutan yang sangat ramah dari keluarga royan, kakek, nenek, ibu, ayah dan adiknya. Masuk ruang tamu kami langsung disuguh the manis dan makanan seperti combro. Kami langsung sambar, nikmatnya, lalu amar yang juga merupakan komting, memulai pembicaraan dengan ayahnya royan.
Belum sempat kenikmatan combro hilang, kami lalu disuruh untuk makan siang, sedaapnyee. Sayur tauge, telur rebus, tahu tempe dan pergedel sangatlah mantap dikolaborasikan. Setelah itu, tiba-tiba royan mengeluarkan sak, yang berisikan duren, waduw, yang pada suka sangat senang, tetapi,  aku, mas fatkhur, amar dan septi tidak menyukainya, mencium baunya saja sudah, aarrrgghh, ngga banggetz dech. Tetapi dengan lahapnya zamak, royan, eko, mas cahyo, dan pak didik menikmatinya.
Setelah puas menjajaki bagian dalam rumah royan, kami keluar menikmati kebunyya yang ditumbuhi berbagai pohon, kelapa, durian, papaya, dll. Serta ada tempat tidur jarring yang terikat pada pohon tetapi harus hati-hati dan jangan lama-lama, karena banyak nyamuk. Peristiwa makan dan dimakan tidak hanya terjadi di dalam rumah tetapi di kebun pun juga.
Kami ditawari kelapa muda oleh neneknya royan, dengan malu-malu kami mengiyakannya, segera neneknya royan memanggilkan Pak Slamet untuk memetikkan buah kelapa muda. Dug, dug, segera beberapa buah kelapa muda terpisahkan dari pohonnya, tidak berfikir panjang kamipun langsung mengeksekusinya dan menikmati bersama, suegerrrrr tenaaan. Kelapa muda tidak sendirian, dia ditemani juga oleh si papaya.
Tidak terasa waktu dzuhurpun tiba, kami pun sholat berjamaah di rumah royan diimami oleh mas cahyo, karena jarak masjid dari rumah royan cukup jauh.
Setelah menikmati pemandangan juga hasil kebun, bercengkrama bersama, kami pun kumpul di ruang tengah, diberi nasihat oleh ayahnya royan, dan berpamitan dengan keluarga serta member sedikit bingkisan kepada keluarga royan.
Sebelum kami masuk angkot dan bergerak ke rumah mas fatkhur, kami foto bersama dengan keluarga royan, di samping rumah, sekaligus sebagai kenang-kenangan. Kamipun meluncur ke rumah mas fatkhur, kami dilepas denga senyum kegembiraan dari keluarga royan.
Berbeda, saya dan royan bergerak ke rumah mas fatkhur menggunakan motor, tetapi sebelumnya saya dan royan pergi ke toko roti dahulu untuk mencari bingkisan buat keluarga mas fatkhur. Kami dan angkot bertemu di tengah perjalanan, lalu mengikuti dari belakang angkot. Menariknya, karena akses jalan terdekat ke rumah mas fatkhur sedang diperbaiki, maka kami melalui jalur alternatif yang sangat jauh.
Banyak sekali cerita saat menuju rumah mas fatkhur, karena mas fatkhur jarang banget malah belum tahu melewati jalur alternative ini, menyebabkan kami sedikit tersesat, sehingga harus puter balik. Ditambah lagi hujan mengguyur, menyebabkan aku sedikit sakit meriang. Akupun pindah ke angkot karena hujan semakin deras dan kondisi kesehatanku yang kurang baik. Jalannya pun bisa dikatakan ekstrim, banyak tanjakan dan batu, menyebabkan kadang angkot tersendat lajunya bahkan berhenti, hal tersebut membuat kami keluar dari angkot dan berjalan, sembari angkotnya beroperasi kembali.
Itulah cerita, tidak hanya negative saja, perjalanan kami menuju rumah mas fatkhur terobati dengan pemandangan yang luar biasa, ada kabut, pepohonan, perkebunan karet yang sangat tertata bagaikan matriks.
Akhirnya kami sampai juga di rumah mas fatkhur, kami disambut baik oleh bapak dan ibunya, sebenarnya adiknya pun juga ada, tetapi karena malu sehingga tidak mau keluar. Acara di rumah mas fatkhur sama seperti di tempatnya royan, dating-datang kami langsung disuguh makanan, tetapi karena sudah menginjak ashar, maka kami sholat berjamaah di masjid terdekat.
Setelah sholat, kami pun bercengkrama, memperkanalkan diri kepada keluarga mas fatkhur, begitupun sebaliknya sambil menyantap makanan. Saat iu kondisuku agak kurang fit, sehingga yang seharusnya the manis, tetapi aku meminta air putih. Tidak lama, setelah itu, makan besar pun keluar, mantappppp, kami pun langsung melahapnya bersama.
Tdak terasa, hari pun semakin sore, kami pun harus segera kembali, karena lampu depan angkot pak didik mati, takutnya kalo kemaleman, nanti jalannya tidak  kelihatan. Berbeda dengan tadi, sekarang kami pulang melalui jalur yang dikatakan sedang diperbaiki tadi, karena setelah dicek, memungkinkan untuk dilalui angkot. Sebelum kami pulang, tentunya pamitan dahulu, dan berfoto bersama, serta memberikan bingkisan yang saya beli dengan royan tadi.
Bismillah, menuju Tembalang. Kami pulan dengan rasa senang, meskipun aku terbilan sakit, karena di angkot sebagian besar waktuku buat memejamkan mata. Acara kami tidak berhenti disitu saja, di angkot pun kami manfaatkan untuk syuro’ bersama, sehingga membuat beberapa keputusan-keputusan, di tengah perjalanan pulang juga, mas Cahyo menyuruh kami untuk membuat artikel terkait perjalanan ini, dan nantinya pemenangnya akan diberi hadiah.
Kami pun sampai di asrama ba’da isya, meski pegal, tetap senyum kegembiraan terpancar.tetapi bagi saya, berangkat sehat, pulang sakit, sampai-sampai tayamum untuk sholat, serta berobat ke RS Banyumanik yang menguras dompet cukup dalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar