Oleh: Zamak E'12
Hari
ini hari minggu, 30 desember 2012. Hari dimana saya dan teman-teman etoser 2012
Semarang atau lebih dikenal dengan beyond champion mengagendakan acara
silaturrahim ke dua rumah anggota beyond champion. Yaitu, rumah Arroyan Suwarno
yang ada di Tuntang. Kebetulan dia sedang ada di rumahnya, dan rumah Fathkur
Rahman yang ada di Pabelan yang lokasinya tidak jauh dari Tuntang. Agenda
silaturrahim ini dilakukan untuk mengenal lebih jauh masing-masing keluarga
beyond champion yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Namun, satu
akar permasalahan. Yaitu, permasalahan EKONOMI.
Rencana
awalnya sih kita berangkat setelah senam di Rowosari, namun saya dan mas
Fatkhur menolak. Karena kita belum mandi pagi. Apa jadinya jika kita tidak
mandi terlebih dahulu, mungkin selama perjalanan kita akan menahan bau-bau
kecut asem yang dihasilkan dari tubuh kita. Dan hal itu tentunya akan
mengganggu perjalanan silaturrahim kita. Akhirnya, disepakati untuk mandi pagi
terlebih dahulu dan berkumpul kembali di asetri jam sembilan pagi.
Kemudian,
saya dan mas Fatkhur pulang ke asetra (asrama etos putra) untuk mandi pagi.
Setelah selesai mandi saya bersiap untuk berangkat. Saat ingin berangkat saya
melihat mas Cahyo berada di aula asetra, kemudian saya ajak mas Cahyo untuk
ikut silaturrahim bersama kami. Alhamdulillah mas Cahyo pun mau ikut dengan
kami. Namun, mas Cahyo tidak segera berangkat ke asetri. Sehingga saya
berangkat ke asetri sendiri. Saya kira, teman-teman beyond champion sudah
berkumpul semua. Ternyata disana hanya ada angkot pak Didi (Sopir langganan
Etos Semarang) yang isinya kosong melompong tiada siapapun kecuali pengemudinya
tok pak Didi. Dan etoser beyond champion akhwat pun menunggu kita di teras
asetri (asrama etos putri) sambil bercanda tidak jelas.
Akhirnya
saya sendiri di angkot menunggu teman-teman saya yang ikhwan. Semenit..., dua
menit...., lima menit...., sepuluh menit...., hingga setengah jam lamanya.
Namun, mereka belum muncul juga. Setelah sekitar 45 menitan akhirnya Eko
muncul. Dan tanpa dosa menanyakan, "yang lain pada kemana mak?",
"Saya sendiri bingung ko yang lain pada kemana" Jawab saya. Kemudian
eko pun kembali lagi ke asetra (asrama etos putra) untuk mencari teman-teman
beyond champion yang ikhwan.
Alhamdulillah,
ketika kembali dia membawa beberapa makhluk yang kita tunggu-tunggu yaitu
Fatkhur, Salman, Amar, dan mas Cahyo. Kemudian setelah semuanya lengkap kita
pun berangkat sekitar jam sepuluh lewat lima belas menitan. Kita berangkat
dengan jumlah 13 orang beserta pendamping, dan alumni. Lokasi yang akan dituju
pertama adalah Tuntang rumahnya Royan. Diawali dengan membaca doa bersama kita
pun akhirnya berangkat. Saat perjalanan saya hanya merasakan betapa ramainya
angkot dengan obrolan-obrolan para beyond champion, awalnya menghibur tapi lama
kelamaan menjadi membosankan karena yang dibicarakan tidak terlalu bermutu.
Kemudian
ditambah lagi dengan hiruk pikuk kendaraan yang terlalu banyak sehingga macet
di Ungaran. Cukup bosan menuggu kemacetan sambil mendengarkan candaan beyond
champion yang sedikit garing, sehingga saya terkantuk-kantuk. Setelah menempuh
perjalanan sekitar satu jam-an akhirnya kita sampai juga di depan gang rumahnya
Royan lewat sedikit. Kita pun menunggu Royan,. Karena kita belum tahu letak
rumahnya dimana. Akhirnya setelah lima menit Royan pun datang. Kita pun
melanjutkan perjalanan lagi. Ketika kita masuk gang, banyak rumah berjejeran
rapih dengan kondisi jalan yang sempit.
Layaknya
komplek-komplek sederhana yang ada di Semarang. Saya bergumam dalam hati
ternyata "lokasi rumahnya tidak terlalu ekstrem, layaknya cerita mas-mas
etoser Namun, Ternyata jalan yang tadi kita lewati adalah jalan alternatif
supaya kita tidak putar balik. Sehingga setelah satu menit berlalu kita keluar
dari jalan alternatif dan memasuki jalan utamanya. Suasana asli pun muncul,
suasana berubah menjadi sepi dan mencekam. Disamping-samping jalan hanya
terlihat pohon-pohon besar yang menjulang tinggi, namun sesekali terlihat juga
rumah warga dan lapak-lapak buah Durian yang berjejer. Kemudian setelah lima
menit kita menyusuri jalan utama. Mobil pun belok disebuah gang yang lebih
sempit dari gang awal, suasana semakin sepi dan mencekam. Kali ini benar-benar
tidak ada nafas kehidupan dari mahluk penguasa bumi (manusia). Yang ada
hanyalah pohon-pohon besar yang menjulan tinggi dan sesekali terdengar suara
tenggeret.
Hingga
akhirnya kita sampai di rumah Royan. Sebuah rumah yang mungkin hanya punya
beberapa tetangga saja. Selebihnya hutan semua yang isinya bermacam-macam
tumbuhan mulai dari durian, rambutan, pepaya, kedondong dan masih banyak lagi.
Kedatangan kita disambut oleh nenek dan kedua orang tua Royan. Kita
dipersilahkan masuk dan duduk di tempat yang telah disediakan. Kita disuguhi
aneka kue. Namun ada satu kue yang saya suka. Kue yang isinya gula merah.
Sambil memakan kue kita ta'arufan dengan ayah Royan. Dan setelah itu kita
makan-makan. Kita makan dengan lauk yang luarrrr biasa nikmat, soto ayam buatan
ibunya Royan. Yang rasanya tidak kalah nikmat dibanding soto ayam-soto ayam
yang dibuat oleh pedagang-pedagang soto ayam biasanya. Setelah makan soto ayam
kita disuguhi durian. Sayang yang makan durian hanya saya dan Eko saja dari
ikhwannya. Sehingga durian tersisa dua buah.
Kemudian
setelah makan-makan kita bermain-main di belakang rumah. Disana terdapat ayunan
yang diikat di dua buah pohon kelapa. Setelah bermain-main kita pun sholat
dzuhur berjamaah. Setelah sholat dzuhur kita kembali ke belakang rumah kita di
sana disuguhi buah kelapa dan buah pepaya. Sambil ngobrol-ngobrol dengan kedua
orang tua Royan. Setelah waktu menunjukan pukul dua siang. Kita pun
bersiap-siap untuk berangkat lagi.
Akhirnya
setelah siap, kita pun pamit. Namun, sebelum pulang kita foto bersama terlebih
dahulu. Kita pun berangkat, Royan ikut menggunakan sepedah motor. Perkiraan saya
kita akan sampai rumah mas Fatkhur sekitar jam setengah dua-an. Karena awal
kuliah saya pernah ke rumahnya mas Fatkhur. Namun, dugaan saya meleset jauh.
Karena ada perbaikan jalan di jalan utama maka, kita lewat jalan alternatif.
Sama seperti rumah Royan awalnya disamping jalan banyak terdapat rumah
penduduk. Tapi lama kelamaan rumah-rumah itu hilang dan berganti pohon-pohon
yang tinggi-tinggi dan besar. Sehingga suasana sepi dan mencekam. Namun
perjalanan kedua ini lebih sepi dan lebih mencekam dari perjalanan pertama
karena selain sepi jalan yang kita pun lalui terjal dan sempit di tambah lagi
kabut yang menyelimuti setiap perjalanan kami. Kita pun sempet nyasar, namun
akhirnya kita bisa kembali ke jalan yang benar dan melanjutkan perjalanan
sampai ke rumah mas Fatkhur.
Rumah
sederhana yang terbuat dari kayu yang terlihat sudah cukup lama. Saat masuk
saya melihat di belakang pintu masuk banyak hasil kerajinan tangan ibunya mas
Fatkhur yang siap dijual. Kemudian karena waktu sudah sore kita pun langsung
menuju mushalla untuk sholat ashar. Setelah selesai kita kembali ke rumah mas
fatkhur untuk ta'arufan dengan keluarga mas Fatkhur. Setelah selesai ta'arufan
kita pun disuguhi makan. Ketika saya makan saya teringat akan makanan ibu saya
dikampung. Karena ibu saya biasa memasak sayur tahu seperti ini.
Akhirnya
setelah makan kita pun pamit pulang. Karena waktu menunjukan pukul lima sore.
Seperti biasa sebelum pulang kita foto bersama terlebih dahulu. Kemudian pulang
dengan jalan yang berbeda dari jalan yang kita lalui saat berangakat lebih
dekat dan lebih cepat. Akhirnya kita sampai di asrama kembali jam setengah
delapan dan, karena macet. Alhamdulillah besar sekali hikmahnya dari perjalanan
saya kali ini selain saya bisa mengenal keluarga para etoser. Saya juga bisa
mengintropeksi diri bahwa, masih banyak orang yang memiliki kemauan keras untuk
kuliah selain saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar