Oleh: Fortunela Suryo Saputri-Etoser 2012
Subhanallah,.
Lelahnya begitu terasa setelah aku
mengantuk . sebelum benar-benar terlelap, ku buka foto-foto
kegiatanku hari itu. Aku mulai tersenyum, melihat tingkah saudara=saudaraku
yang nampak gembira,eksis didepan kamera.
Hari
itu, 30 Desember 2012 seperti biasa kami mengadakan pembinaan yang telah
diberitahukan sebelumnya. Namun, pembinaan hari ini berbeda dengan pembinaan
biasanya. Ini pengalaman kami yang pertama. Kami melakukan kunjungan ke rumah
keluarga besar kami, keluarga etoser. Untuk yang pertama kali keluarga Fathkur
Rohman dan Arroyan Suwarno.
Kegiatan
ini diusulkan oleh Mbak ‘Aini beberapa minggu yang lalu, dan kebetulan Roy
telah mengajak kami, The Beyond Champion untuk menikmati buah durian di rumahnya
beberapa bulan yang lalu.
Sebelum
keberangkatan, kami menyiapkan segala sesuatunya dengan pembagian tugas seperti
biasa. Begitu semua siap,kami pun meluncur ke Tuntang, Royyan’s sweet home.
***
Awalnya
sih bilang, “g nyampek sejam ko”. Tapi jalanan subhanallah, rame bin macet.
Kami yang awalnya menikmati perjalanan mulai terganggu dengan asap kendaraan
yang polusinya luar biasa , dan laju mobil yang sudah mulai tidak stabil.
Sampai-sampai ada yang
hampir mabok karena tidak kuat nahan pengapnya udara siang itu.
“Roy,
kita sudah lewat jembatan ni. Kamu dimana?”
Pertanyaan
itu terjawab dengan kedatangan Royyan, Pak Didik pun mengikutinya. Selama
masukke gang-gang menuju rumah Roy, banyak di antarakami yang mulai berhayal
kembali ke rumah. Karena memang suasananya asri dan mengingatkan kami pada
kampung halaman.
Di
jalan yang tidak begitu lebar itu ternyata terdapat taman buah. Kami juga
melihat sekolahnya Roy waktu SMA. SMA N 1 Tuntang letaknya ada di bukit. Ada
yang bilang “Sekolah Alam”. Hehe..
Nah,
akhirnya kami sampai didepan rumah. Turun semua deh..
***
“Mari
masuk, silahkan-silakan.”
Kira-kira
seperti itulah sambutan dari nenek Royan,beliau masih muda,subhanallah.
Disana
kami disuguhi minum dan makanan. Awalnya Amar Jadid (pak komting)
memperkenalkan kami dan menjelaskan maksud kedatangan kami. Suasananya aku kira
akan kaku dan bikin kita bingung
berkata-kata. Ternyata lebih dari itu. Orang tua dan keluarga Roy begitu baik
dan benar-benar terbuka dengan kami. Kami merasa nyaman bercengkrama bersama
mereka. Oya, dasana selain diberi makasn siang, kami juga sudah disiapkan satu
tas buah duren.
Karena
kami tidak tahu cara membuka duren yang benar, membukanya cuma asal-asalan .
Oya,
kami juga pesta kebon lho di sana. Kami di petikin kelapa muda sama pepaya. Kami menikmatinya di pekarangan
rumah sembari berbagi cerita dengan ibu dan nenek Roy.
Dipekarangan
itu ada 11 buah-buahan dan banyak sayur mayur yang tumbuh subur.
“Sudah
disiapkan.”
Tiba-tiba Salman memberi
informasi itu kepada Mbak ‘Ain. Artinya kami jadi ketempatnya Fathkur Rohman.
Awalnya begitu tahu kondisi jalan yang macet, mbak ‘Ain bilang kalau tidak usah
ketempatnya Fathkur, kerna sudah disiapkan , maka kita segera pamit setelah
selesai membantu bersih-bersih di dapur. Ternyata pulang pun kami diberi
oleh-oleh dua duren dan pepaya. Alhamdulillah..
Tidak jauh beda,”Cuma setengah jam.”
Tapi luar biasa, karena jalanan yang kami lewati juga tidak biasa. Jalanan yang
biasa dilalui mas Fathkur ditutup,
kami
cari jalan alternatif. Waw...tidak kalah dengan jalanan ke rumah Roy. Jalanan
menuju rumahnya mas Fathkur juga asri dan bikin kita teduh, dan nyaman. Bedanya
kondisi aspalnya yang sudah mulai rusak menciptakan sensasi tersendiri.
Beberapa kali kami juga harus turun untuk mengurangi beban mobil saat jalanan
naik. Setelah berapa lama, gerimis pun mulai turun, dan nampaknya mas Fathkur
lupa jalan. Akhirnya tanya dengan orang yang lewat. Kami pun putar balik. Hujan
makin deras, jalanan juga makin gelap oleh pohon-pohon bambu. Ditambah lagi ada
banyak kabut putih.
Namun,
setelah itu kami berada di antara hutan karet yang luar biasa rapinya. Kalau
Ana bilang pohonnya baru upacara.hehe..
Alhamdulillah,
kami tidak tersesat dan sampai dirumah mas Fathkur dengan selamat. Di sana
sudah jam 16.00 dan sudah masuk sholat ashar. Yang berbeda disana adalah
pelaksanaan adzannya. Di sana adzan akan dikumandangkan jam 16.00. Kata mas
Fathkur itu dilakukan sebagai tanda untuk orang-orang yang ada di sawah supaya
pulang, karena udah sore.
Setelah
sholat, kami memperkenalkan diri kepada keluarga mas Fathkur, kemudian kami dusuguh minum dan makan lagi,
subhanallah, perbaikan
gizi. Hehe.. Makan kami pun diiringi hujan yang lumayan deras.
Untuk
kali ini kami cepat-cepat berpamitan dengan keluarga mas Fathkur, karena sudah
gelap dan juga karena mobik Pak Didik lampunya rusak, khawatir jika dalam
perjalanan terlalu gelap yang
malah
akan menyusahkan pak Didik.
Setelah berfoto, kami
pun ijin pulang.
Hari yang tidak biasa..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar